Ay Bis Ci Dhy Ef (3 konsonan 2 isi)

image

Suatu kala di kampus yang asri bertemanlah 5 anak manusia. Mereka adalah : Ayumie eloknian, Bisma jumundur, Citra martatilaar, Dhyala senjakelana , Efrien pelitaharap.

# karakter tokoh :
Ayumie eloknian : perempuan yg ceria, cantik, baik hati sekaligus keras hati dan suka membaca + menulis.
Bisma jumundur ; lelaki kaya yang ambisius, sombong, dan suka main perempuan.
Citra martatilaar : cewek yang cerewet, easy going, tomboy dan suka menolong.
Dhyala senjakelana : pria yang sederhana, baik hati, cuek, dan ambievert yang mood-mood an.
Efrien pelitaharap : wanita yg manis, melo, pintar dan introvert.

*
Di pagi hari yang cerah, dikawasan kampus ternama di daerah surabaya namun tak secerah hati Ef, saat itu. “Ef..ef..tungguin beibi” suara ayumie memanggil setelah keluar dari sedan honda estilo pinky miliknya. “Hei, Ay. Mana Dhy ? Biasanya kan kalian selalu bareng” entahlah dari semalem tanpa kabar tu anak, susah ditebak. Mood-mood an. Paling juga entar telat lagi, kan sudah biasa seperti itu tiap MK (mata kuliah) bu tuti. “Yaudah yuk, ke kelas” ajak Ef kepada Ay. Dua dara cantik berjalan beriringan sambil bercengkrama menuju lantai 3 gedung fisip universitas airlangga (Unair) tempat mereka menimbah ilmu.

Tok..Tok..Tok..Cekrek, suara ruang kelas terbuka saat bu tuti sudah mulai perkuliahan. Ketika Bisma dan dua orang teman lainya sedang presentasi didepan kelas, salah satu dari mereka nampak Ef, juga. “Njir, jam segini baru nyampe men, mogok lagi apa bemo nya” suara bisma mencemoo dhyala yang baru saja masuk dan akan segera bergabung di dalam ruangan kelas mereka belajar. Dengan langkah tegap cuek dan kepala menengada, Dhy tetap melangkah menuju kursi kosong di ujung kelas pada deretan tengah. “Gak usah di dengerin dhy si bisma, dia emang suka songong apalagi kalau lagi deket Ef”. Suara ayumie menyapa Dhy yang sedang sibuk ubek-ubek tasnya untuk mengambil buku binder miliknya. “Iya gapapa Ay, sudah paham” disertai senyum kecil kepada ayumie, dan langsung dibalas juga senyum, oleh ayumi saat itu yang nampak cantik dengan setelan kemeja coklat lengan panjang beserta jins biru muda.

* *

Oke, enough. Sampai ketemu pekan depan. “Kata terakhir bu tuti dosen pancasila di kelas mereka, lalu meninggalkan ruangan kelas”.

Dhy, bisa bicara sebentar. ? “Efrien memangil dhyala yang hendak bergegas untuk keluar kelas” kenapa Ef ? Ehm, cuma mau balikin ini, “sambil menyerahkan jaket parasit hitam berlambang tiga daun yang terangkai. Okay, sama-sama Ef. Yaudah aku duluan ya, ayumie sudah nungguh di bawah. Kagak enak kalau terlalu lama. Iya, silakan duluan aja.

Lama banget kamu ? “Logat bicara ayumie yang sedang bete di pintu akhir koridor yang mengarah ke tempat dimana mobil ayumie terparkir saat itu”. Sini aku yang bawa Ay, gak usah aku aja. “Klik, Cuiitt, dilemparkanya ke jok belakang tas beserta isinya” sebelum beranjak pergi meninggalkan kampus mereka. “Gledar-gledar, splash. Suara gemuruh hujan yang cukup lebat mengawali perjalanan mereka berdua untuk meninggalkan kampus”

Belum lama berjalan, nampak di kejahuan efrien dan bisma yang cekcok bersitegang di depan lobi kampus seakan orang pacaran yang lagi bertengkar. Sebelum akhirnya bisma tancap gas dengan suzuki swift putih miliknya yang sudah sedemikian dimodifikasi hingga hampir menyentuh tanah body mobilnya.

Dhy, itu efrien sama bisma kan ? Mereka pacaran yah ? “Suara ayumie memecahkan alunan air hujan yang memang cukup lebat”. Iya, betul ay. Itu Ef.
Kita ajakin bareng aja kali dhy, kasian ujan gini. Yaudah gak apa-apa. Ajakin aja.
Efrieen, efrien, mau bareng kita ? “ayumie berteriak ke arah ef, dan hanya di balas dengan lambaian tangan ef, tanda penolakan” oke, kita jalan dulu ya.

Ay, tunggu !! Kenapa dhy ?
“Tanpa mengucap apapun dhyala turun dari mobil ayumie sambil berlari kecil menerobos hujan dan menghampiri efrien di depan lobi kampus”. Ef, kenapa gak bareng kita aja ? Hujanya sepertinya lama ini. Kalian duluan aja dhy, aku tunggu taksi. Tadi sudah order ko, seharusnya habis ini sampai.
“Bibir efrien nampak bergetar seperti menahan dingin dan tak dapat disembunyikan, dari sudut mata yang berkaca-kaca seakan menahan pilu yang mendalam. Dan itu bisa terbaca oleh dhyala yang sedang bertatap muka denganya”

Yakin ef, mau nunggu taksi ? Kan tinggal telefon lagi untuk cancel, lalu kamu bareng kita. Gak usah gak apa-apa ko dhy, biar aku tungguin aja. “Efrien tersenyum kecil, malu sekaligus bingung dengan dhyala yang sedang menatapnya”

Hemzzz, membuang nafas besar menandakan kecewa. Baiklah, kalau maunya kamu begitu ef. “Belum sempat melangkah, dhyala berbalik kembali ke arah efrien sambil melepas jaket parasit miliknya yang sedang terpakai, (padahal beberapa menit yang lalu baru saja dikembalikan oleh efrien sehabis perkuliahan tadi) sambil menangkupkan ke kedua bahu efrien dari depan, dan tersenyum ke arahnya”.

Hawa nya lagi kurang bersahabat, kalau masih terasa dingin, kamu tunggu di dalam lobi aja. Aku jalan dulu. “Hanya anggukan kepala serta senyum kecil yang dipaksakan merekah oleh efrien, Speachels dan kembali tersenyum lagi. Dan dhyalah pun berlari masuk sedan estilo pinky milik ayumie untuk melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti di depan lobi kampus”

* * *
POV Ayumie Zhe

Dhyala menyugar rambut ikalnya yang basah. Percikkannya menyentuh pipiku, ia meringis sekilas. Sepanjang perjalanan aku dan dhyala saling diam, membiarkan keheningan menyelinap melalui celah diantara kita. Aku bisa menikmati keheningan itu selama apapun, asal, Dhyala tidak membuat percakapan yang membahas soal Efrient.

Apa yang dilakukan pemuda disampingku ini hanya spontanitas saja, iya, itulah yang dipikiran aku. Entah mengapa, tapi sesuatu membuncah tak terdefinisi, Aku memilih diam, enggan mengartikannya.

“Makan dulu? Ngopi deh, mau gak?” Tanya Dhyala tiba-tiba, setelah terjadi hening cukup lama.

Tidak ada jawaban, hanya memberi respon dengan anggukan kecil dari kepalaku.

“Di ujung sana ada kafe bagus, pas banget hujan gini, iya, gak?”

“Hmm…” Gumamku datar.

Dhyala menyadari perubahan itu, mengatupkan bibirnya perlahan. Menatapnya selama beberapa detik. Andai ia bisa menebak apa isi di kepalaku, dan ingin tahu apa saja yang telah aku pikirkan. Mungkin ia tidak akan merasa cemas seperti ini.

Sayup-sayup suara Christina Bautista mengalun lembut, mengusap indera perasa kedua manusia tengah saling diam, Dhyala dengan pikirannya, menduga-duga, Aku diam untuk meredam segala perasaan tak ku pahami, mengapa aku marah melihat aksi Dhyala tadi.

If you love me like you tell me
Please be careful with my heart
You can take it just don’t break it
Or my world will fall apart.

“Kelewat Ay,” sergah Dhyala saat melihat neon nox bertuliskan Coffe Break dengan cepat bergerak menjauh.

Ciiit!

Tubuh Dhyala nyaris saja menyentuh dashboard,”Ya ampun, kenapa sih?” Tanya Dhyala heran.

“Sori.” Respon datar kembali didapat.

Dhyala menarik napas panjang. Menegakkan punggung, dahinya berlipat-lipat, ia mencemaskan sesuatu. Apa yang salah? Tanya Dhyala pada dirinya sendiri, mencoba menerka gejolak apa yang sedang terjadi dalam pikiranku.

# Disebuah Coffe Break berlantai 5 dengan view kota yang padat, tepat pukul 5 sore menjelang senja.

Dhyala mencoba mencairkan suasana yang sempat strange, “ay, coffe late ice ? Hot coffe tiramishu ? Disini itu menu favorit, menurut aku sih” Senyum lebar ke arah ayumi dan hanya di balas dengan senyum kecil.

Tequila blend, sama orion rings medium, kasih mayonise dikit ya. Not chili.

“Sergah ayumie, terlontar begitu saja pada waiters yang berdiri di samping tengah meja mereka berdua, tanpa memandang dhyala yang sibuk dengan list menu ditanganya, dan terheran”

Coffe mix original tanpa gula, sudah itu aja. Sambung dhyala, pada waiters “setelah tau ayumi mengabaikan tawaranya”

Ayumie menatap tajam ke arah dhyala seakan menyiratkan sesuatu, “gak pesen makan ? sejak kapan kopi hitam dianjurkan untuk pengidap maag akut ?”

Sejak aku tahu kalau putri seorang dokter spesialis jantung ternyata alkoholic, “balik menatap tajam sudut mata ayumie, dan terdiam”

Paparan senja mulai menampakan pijar keemasanya selepas hujan yang meneduhkan hati setiap insan manusia bahwa hidup secepat itu, pergantian waktu yang sesingkat ini, dan perubahan mood yang absurd. Ditambah suasana kota yang semakin bingar ramai sorot lampu yang membiaskan angkuhnya peradaban manusia. Namun, nuansa senja yang teduh serta bingar dunia yang bergairah itu seakan tidak dapat mengkondusifkan pada meja nomor 5 dilantai lima coffee break tersebut, dimana dhyala dan ayumie hanya terdiam satu sama lain.

“Tequila cancel mas, ganti coffe late ice” , ujar ayumie dan kembali diam. Tanpa menatap dhyala yang sedang menatap dirinya.

Kakak, jadi coffe mix tanpa gulanya. “Tawaran seorang waiters pada dhyala” Iya, dijawab singkat jelas dan lugas.

Hening seketika, belum ada komunikasi yang berarti diantara keduanya.

“Jadi tadi, pesen kopi hitamnya ?” Dan dijawab dengan anggukan oleh dhyala. “Satu kalimat ayumi yang membuat ia akhirnya memutuskan untuk berdiri dari meja dan hendak pergi darisana”

Ay, please stay. “Dhyala menggenggam pergelangan tangan ayumie yang hendak melangkah pergi berharap bisa menahanya, namun sia-sia”.

Ayumie tetap melangkah menjauh dan mulai menuruni ekskalator. Sesekali juga mengusapkan jari lentiknya dikelopak matanya yang indah, yang entah mulai kapan telah berair.

Klik, cuit, cuit. Unlock pintu mobil ayumie terbuka. “Sini, biar aku aja yang bawa” dhyala menyambar kunci kontak di tangan ayumie sekaligus menggenggam tanganya dan menuntunya ke sisi lain mobil yang pintunya sudah terlebih dulu terbuka sebelum ayumie masuk.

****

POV Ayumi Zhe
Sebuah kamar tidak terlalu luas, berfuniture sederhana seperti kamar hotel. Di sudut ruang terdapat meja rias dengan kaca bundar di atasnya, memperlihatkan proporsi tubuh semampai bersandar ke pintu, dadanya naik turun, kemarahan yang tak terelakkan lagi. Bisa-bisanya ia bersikap seperti itu pada Dhyala, karena emosi menguasai membuat otaknya tidak dapat berfungsi dengan baik.

“Kenapa sih, aku ada salah, yah?”

Ayumi membaca pesan masuk itu, sederet kalimat membuat rasa geramnya kembali mendesak ke dada. Kenapa ia tidak bisa peka, apa kurang jelas sikapnya tadi? Marah dan mengabaikannya, bukankah sudah cukup untuk menjawab pertanyaan itu? Kenapa ia malah balik bertanya?

Selama ini Ayumi tahu hubungan keduanya tidak lebih dari teman, tapi bentuk perhatian Dhyala pada wanita dengan senyum manis bak madu kalimantan itu telah melukai hatinya. Selain parasnya yang ayu, Efrient adalah wanita yang lembut. Tidak seperti Ayumi, tidak heran, jika semua laki-laki banyak yang tertarik padanya.

Tapi, satu, ia harap. Tidak untuk Dhyala.

Group Chat Line

Bisma: Sepi…

Citra: Hadir, mblo..

Bisma: Yang nongol malah dedengkotnya.

Citra: FAK!

Dhyala: Jalan yuk, mumed!

Ayumi menautkan dua alis, lalu berdecak. Mumed? Pikir Ayumi. Ia ingin mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan pemuda itu, tapi ia tetap menyimak obrolan konyol teman-temannya di line.

Efrien: Dhy gue lagi di kafe, tempat biasa. Sini merapat guys.

Ayumi mendengus. Jangan, jangan respon dia, Dhy..! Gumam Ayumi menegang.
Dhyala: OTW.

Ayumi tertawa getir. Sial! Pekiknya tertahan, sambil melempar ponsel ke kasur. Dadanya terasa terbakar sekarang. Beberapa momen kebersamaan Dhyala, Efrient dan dirinya berputar-putar di kepalanya, Ayumie merebah, menekan kuat-kuat rasa gemas tak tertahan karena Dhyala malah merespon Efrient.

Sekarang nalarnya beranjak liar. Membayangkan Efrien dan Dhyala di kafe tanpa dirinya. Apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka tertawakan, Ayumi ingin segera melesat ke kafe. Tapi, tidak mungkin ia lakukan, mengingat status dirinya tidak berhak untuk marah apalagi cemburu.

Astaga! Betapa konyol, diriku. Batinnya.

POV Dhyala
Setelah mengantar ayumie pulang, aku pun bergegas pulang juga. Group line pun berbunyi, berharap ada ayumie disitu tapi nihil, hanya tertera beberapa ajakan teman untuk bertemu sekedar penghilang suntuk. Dan akupun mengiyahkan karna mood kurang baik setelah menunggu lama pesanku ke ayumie belum juga terbalas.

Maksud pikiran menemui efrien yang menunggu disebuah kafe, dan ada beberapa teman yang lain juga yang siap bertemu disana. Namun hati berkata lain, dan aku memilih untuk berbelok ke arah rumah ayumie untuk menjawab rasa cemas dalam kepalaku terhadapnya yang tanpa kabar. Dan mengarakan amoda transportasi pribadi miliku kesana. Setelah sebelumnya sempat mampir sejenak di jalan baliton untuk membeli wedang angsle kesukaan ayumie dan sekotak martabak manis bangka.

*****
Scene in Sweet home ayumie

“ASSALAMUALAIKUM” , “WAALAIKUMSALAM” perempuan paruh baya, anggun, dan masih menampakan kecantikan di usia senjanya. Iya benar, beliau ibu dari ayumie. membalas salam dhyala yang berkunjung ke rumah ayumie dengan kawasaki ninja 2 stroke miliknya.

Ayumie ada tante ? Oh, kawan ayumie yang tadi sore itu ya. Iya, tante. “Sambil menunjukan senyum serama mungkin”. Sebentar ya, dari tadi sore belum keluar kamar sama sekali, tante suruh makan juga katanya “entar, entar, entar aja mi. Yumie belum laper” Lantas berlalu pergi menuju kamar ayumie, meninggalkan dhyala diteras rumah yang sungguh menyejukan mata, di ujung kanan dibalik pagar stenlis yang minimalis terdapat kolam ikan lengkap beserta airterjun buatan dari bebatuan granit yang artistik. Ketengah sedikit, ada taman kecil dan bale bengong yang indah dan unik serta rumput-rumput yang tertata rapi sebagai pijakanya. Bergeser ke kiri nampak mobil ayumie dan motor saya terpakir.

#interaksi di kamar ayumie

Sayang ada teman kamu datang tuh, “Siapa mi ?” nggak tahu mami namanya siapa, yang tadi sore kesini, yang langsung pulang. “Oh, dhyala”. Siapa sayang ? Dhyala ? Hihiihiii. Lucu namanya. Pacar kamu ya, haio ngaku. “Ibu ayumie meledek putrinya sembari mencubit hidung mancung milik ayumie yang membentuk garis wajahnya semakin terlihat ayu”

arggh, mami apaan sih. “Tersenyum lebar menunjukan sedikit kemanjaanya seraya meletakan buku chiken soup yang sedang dibacanya kala itu” Kenapa gak bilang aja yumie sudah tidur. Yeeeh, mami di ajarin bohong. Nggak mau ah dosa, temuin gih, mami kebelakang dulu minta tolong inah bikinin minum.

# kembali keteras depan

Dimana seorang lelaki berparas biasa-biasa saja, tatanan rambut british, sedikit polesan pomade mengingatkan kita zaman-zaman rockabilly era 80-an. Lengkap beserta jeans nudie belel di sekitaran lutut dan jaket parka berbahan kanvas motif army, serasa cheguevara sedang duduk menanti seseorang disana.

“Eheem”, deheman ayumie menyetakkan lamunan dhyala yang sedang menatap nanar lampu taman kecil yang mengihasi beberapa sudut teras rumahnya. “Sudah lama dhy ?” Ough, belum sih. 20 menit yang lalu ay.

“Masuk sini” mempersilahkan untuk masuk ke ruang tamu, “Di luar dingin”. Namun kutolak dengan halus karna waktu sudah cukup larut. Kurang lebih sekitar pukul 9 malam.

“Disini aja ay, gak enak sudah malam”. Yasudah kalau begitu, sebentar ya mau ambil jaket dulu.

Tak lama berselang setelah ayumie masuk kembali kedalam rumah untuk mengambil jaket, datang lah inah. Asisten rumah tangga ayumie, menyuguhkan minuman kepadaku. “Mas ini kopinya” iya mbak terima kasih.

Mbak-mbak sebentar, ini tolong dibawa masuk sekalian. “Aku menyerahkan bungkusan plastik berisi beberapa bungkus wedang angsle dan martabak manis bangka, didalamnya”

“Kesana yuk”, ayumi mengajak untuk berpindah ke bale bengong yang sempat teramati olehku tadi, yang ternyata juga menjadi tempat favorit ayumi ketika menulis beberapa artikel di blognya selain kamar pribadinya, “biar lebih santai” akupun segera beranjak dan mengikutinya, menenteng kopi yang di suguhkan inah beberapa menit yang lalu.

Wajah kamu pucat ay, kamu sakit ? “Sambil memperhatikan wajah ayumie yang natural tanpa makeup sedikitpun namun tetap elok bagi siapa saja yang memandangya, dan tak bisa disembunyikan bibir yang sedikit kering hingga nampak pucat pasi membuat dhyala bertanya tanya”

Oh yah, seriusan dhy ? Prasaan aku gak kenapa-kenapa, kamu bisa aja. “Tertawa kecil sembari mengayunkan kaki jenjangnya di bawa bale yang memang cukup tinggi” Diminum kopinya dhy, keburu dingin.

Wait. Wait. Astaga, inah buatin kopi hitam ya, jangan diminum biar di ganti dulu.

“Gak apa-apa ay, sesekali”

No. No. Itu kadar cafeinya terlalu tinggi untuk orang yang kena maag akut. Lupa apa kejadian kapan lalu, waktu dipuncak dieng ? “Dhyala pun tersenyum malu jika ingat waktu itu”, maaf ya jadi ngerepotin kamu ay. Gak apa-apa, santai aja. “Turun dari bale dan sedikit membetulkan pasminah yang dipakai untuk membalut tubuhnya agar dingin tidak menyergap pori-pori kulit yang tidak tertutup setelan babydol bergambar bunga-bunga sakura harajuku, menenteng cangkir berisi kopi dan masuk kembali kedalam rumah”

“Sikap ayumie yang benar-benar tulus dan perhatianya terhadapku terkadang membuat aku salah arti, namun segera aku tepis jauh perasaan itu, bahwasanya kita memang hanya sebatas teman. Ayumie terlalu baik untuk diriku yang ini, ia terlalu sempurnah”

Dhhyyy…come here..“ayumie melambaikan tangan dari arah pintu dapur yang memang bisa terekspose dari tempat dimana aku sedang melamunkan tentang dirinya”

ada yang bisa di bantu bu ayumie yang jelita dan baik hati ? “Bisik dhyala di samping telinga ayumie yang terlihat repot membuka wedang angsle yang dibawahnya”

Hehee, apaan sih. Emang aku kalau begini sudah mirip emak emak rempong ya dhy ? “Gak lah, hihii. sambut dhyala tertawa kecil”

Kamu bawa beginian banyak banget, siapa yang abisin coba “Ya abisin donk ay, biar seterong, biar kagak ngambekan lagi” hihiii

Dan hanya dibalas oleh ayumi “Biarin,weekk” hehee.

Suasana pun mencair kembali, sebelum tadinya, beberapa jam yang lalu mereka sempat bersitegang satu sama lain.

“Ay, ay” panggil dhyala.

“yah” menoleh kearahnya dan kaget karna langsung di sodorkan sepotong martabak yang tertancap di garpu, yang mau tak mau akhirnya masuk kemulut dan terkunya.

Enak gak ay ? “Enak manis, lagi-lagi donk”

Yehh, bisaan. Minta disuapin terus. Ambil sendiri lah, hehee. “Dhyala menggoda ayumie hingga jadi kesal tiba-tiba”

“Pelitt..sergahnya..” ayumie melengos ke arah berlawanan. Manyun, sebel. Nyeruput wedang angsle yang sudah terhidang di meja makan. Dan tersenyum.

Waktu berjalan sangat cepat, hingga tak terasa sudah hampir pukul 11 pm. Dan sudah saatnya mengakhiri nuansa yang manis ini, dimana dhyala dan ayumie bisa bercengkrama dengan intens dan bahagia.

Ay, aku pulang dulu ya. “Ko pulang, baru jam 11. Besok kan weekend” sudah malam ay, besok aku kemari lagi deh. “Tersenyum kecil ke arah ayumie dan langsung dibalas senyum juga”

Sebentar, aku pamitin mami. “Okay, aku tunggu depan ya”

Langkah yang gontai dan suasana yang hening karna seisi rumah sudah terlelap dalam mimpi, ayumi kembali ke teras depan dimana dhyala menanti untuk pamit undur diri.

“Mami sudah tidur, kalau pulang hati-hati ya, jangan ngebut” alunan suara yang lemah seakan tidak rela untuk mengakhiri nuansa manis yang tercipta di beberapa sudut ruangan di rumahnya.

“Iya, aku balik ya. Kamu buruan tidur jangan nulis dulu, istirahat sekalipun besok libur”

dhyala berpesan dalam bibir yang begetar pilu sembari mengusap rambut ayumi yang terurai seakan menyiratkan sebuah rasa yang mendalam diantara keduanya, mereka berteman namun saling menjaga, bersahabat mungkin lebih tepatnya.

Baru beberapa langkah menuju garasi hendak mengambil motor, dhyala dikejutkan dengan derap kaki ayumie yang setenga berlari menghampirinya.

“Dhy”, iya kenapa ay ?

“Seolah ada yang hendak disampaikan namun tertahan, hanya tatapan mata yang penuh arti, hal serupa juga dirasakan oleh dhyala. Sebelum akhirnya tatapan keduanya saling lekat menaut, semakin dekat, semakin lekat, semakin dalam hingga tanpa sadar dhyala telah memeluk ayumie seolah berat untuk meninggalkanya dan hendak mengecup kening ayumie yang sedang terpejam seakan larut didalamnya namun urung tak dilakukanya karna sesuatu hal yang sulit di jelaskan oleh kata dan tersadar”

“Maafin aku ay, aku balik ya”. Dan hanya di jawab anggukan kepala oleh ayumie.

“Terlihat raut kecewa diantara keduanya namun bisa ditahan, dan itu yang dilakukan dhyala sebagai lelaki dewasa. Karna ia percaya cinta itu menghidupkan, cinta itu menyehatkan, dan cinta tak harus saling memiliki. Rasa sayangnya ke ayumie yang melebihi batas normal tak ia tunjukan dengan cara yang kurang pantas dan hanya menyimpanya dalam hati saja”

(Next capter Bla. Bla. Bla.)
Blind, heheee.

Nunggu si tokoh utama Ayumie zhe berkenan intervensi. ^ ^

Selama itu belum terjadi biarkan saja begini..

Selamat menunaikan ibadah puasa ya untuk yang menjalankanya, semoga ramadhan kali ini membawa berkah untuk kita semua, dan bisa menjadi berkah untuk ayumie, dhyala dan semua tokoh yg belum sempat tereksplore dengan maksimal.

Penulis: Senja Kelana

Seorang pria yang menyukai senja, tak terikat, bebas terkendali, dan menghargai perbedaan.

10 tanggapan untuk “Ay Bis Ci Dhy Ef (3 konsonan 2 isi)”

  1. Hahahahha si tokohnya asli dikasih nama saya? Wahwah… merasa seneng ini.
    Bagus, bagus, temanya cinta segiempat aja, hahaha..

    Saya selalu ngayal yg lebih ektrem, lanjut ya ya, genre romance aja nantinya, ringan, mudah dipahami, dan kasih karakernya lebih mengesankan lagi.. hehe
    Secara alur udh bagus, aku udh nebak sendiri..
    Tunggu lanjutannya.. semangat

    Disukai oleh 1 orang

  2. Ping-balik: Paragraf Nol | Ip
    1. Hehee, bidadari jahat itu sangat berarti [dulunya], kalau sekarang biasa” saja 😀

      Eh, ngomong” bidadari baik lagi apa ? Sudah 2 harian diam tanpa tulisan, hanya notif like yg kuterima. Bidadari baik, sehat ? Puasanya gimana, lancar ? Semoga semua baik” saja ya.

      Semangat puasanya ay, semoga berkah ^ ^

      Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar